11 September 2008

Wayang Aksara B

Badawanganala - Yogya

Bagalbuntung - Solo


Bagaspati Solo

BAGAWAN BAGASPATI yang sewaktu mudanya bernama Bambang Anggana Putra, adalah putra Resi Jaladara dari Pertapaan Dewasana, dengan Dewi Anggini, keturunan Prabu Citragada, raja negara Magada. Pada mulanya Bambang Anggana Putra berwujud satria tampan, tetapi karena terkena kutukan Sanghyang Manikmaya tatkala akan memperistri Dewi Darmastuti wujudnya berubah menjadi raksasa.
Bagawan Bagaspati kemudian menjadi brahmana di pertapaan Argabelah dan bergelar Bagawan Bagaspati.
Bagaspati sangat sakti. Ia memiliki Ajian Candrabirawa, sehingga tidak bisa mati kecuali atas kemauannya sendiri.
Bagaspati menikah dengan Dewi Dharmastuti, seorang hapsari/bidadari, dan berputra Dewi Pujawati.
Bagaspati mempunyai watak; sabar, ikhlas, percaya akan kekuasaan Tuhan, rela berkorban dan sangat sayang pada putrinya.
Bagaspati bersahabat karib dengan Prabu Mandrapati, raja negara Mandara yang merupakan saudara seperguruan.
Akhir riwayatnya diceritakan, karena rasa cintanya dan demi kebahagiaan putrinya, Dewi Pujawati, Bagaspati rela mati dibunuh Narasoma, menantunya sendiri.
Sebelum tewas, ia menyerahkan Aji Candrabirawa kepada Narasoma.

Bagong Yogya


Bagong Cirebon


Bagong Jawa Timur


Bagong Kyai Inten


Bagong Ratu Solo


Bagong Ratu Solo 02


Bagong Solo


Bagong Solo


Bagong Gembor Solo

BAGONG terjadi dari bayangan Sanghyang Ismaya atas sabda Sanghyang Tunggal, ayahnya.
Ketika Sanghyang Ismaya akan turun ke Arcapada, ia mohon kepada ayahnya seorang kawan yang akan menemaninya, karena Ismaya yang ditugaskan mengawasi trah keturunan Witaradya merasa tidak sah apabila sesuatu persaksian hanya dilakukan oleh seseorang.
Sanghyang Tunggal kemudian menyuruh Sanghyang Ismaya menoleh ke belakang , tahu-tahu telah ada seseorang yang bentuk tubuhnya hampir menyerupai dirinya.
Di dalam cerita pedalangan Jawa, Bagong dikenal pula dengan nama Bawor, Carub atau Astrajingga.
Bagong mempunyai tabiat ; lagak lagu katanya kekanak-kanakan, lucu, suara besar agak serak (agor ; Jawa), tindakannya seperti orang bodoh, kata-katanya menjengkelkan, tetapi selalu tepat.
Bagong menikah dengan Endang Bagnyawati, anak Prabu Balya raja Gandarwa di Pucangsewu.
Perkawinannya itu bersamaan dengan perkawinan Semar dengan Dewi Kanistri dan perkawinan Resi Manumayasa dengan Dewi Kaniraras, kakak Dewi Kanistri, putri Bathara Hira.
Seperti halnya dengan Semar, Bagong berumur sangat panjang, ia hidup sampai jaman Madya.

Baka - Solo


Baladewa - Cirebon


Baladewa Rayung - Solo


Baladewa
Rayung - Solo

Baladewa - Yogya

PRABU BALADEWA yang waktu mudanya bernama Kakrasana, adalah putra Prabu Basudewa, raja negara Mandura dengan permaisuri Dewi Mahendra/Maekah (Jawa).
Baladewa lahir kembar bersama adiknya, Narayana dan mempunyai adik lain ibu bernama: Dewi Sumbadra/Dewi Lara Ireng, putri Prabu Basudewa dengan permaisuri Dewi Badrahini.
Baladewa juga mempunyai saudara lain ibu bernama Arya Udawa, putra Prabu Basudewa dengan Ken Sagupi, seorang swarawati keraton Mandura.
Baladewa berwatak keras hati, mudah naik darah tapi pemaaf dan arif bijaksana.
Baladewa sangat mahir dalam olah ketrampilan mempergunakan gada, hingga Bima dan Duryudana berguru kepadanya.
Baladewa mempunyai dua pusaka sakti; Nangggala dan Alugara, keduanya pemberian Bathara Brahma.
Baladewa juga mempunyai kendaraan gajah bernama Kyai Puspadenta. Prabu Baladewa yang mudanya pernah menjadi pendeta di pertapaan Argasonya bergelar Wasi Jaladara, menikah dengan Dewi Erawati, putri Prabu Salya dengan Dewi Setyawati/Pujawati dari negara Mandaraka. Dari perkawinan tersebut ia memperoleh dua orang putra bernama : Wisata dan Wimuka.
Prabu Baladewa diyakini sebagi titisan Sanghyang Basuki, Dewa keselamatan.
Baladewa berumur sangat panjang.
Setelah selesai perang Bharatayuda, Prabu Baladewa menjadi pamong dan penasehat Prabu Parikesit, raja negara Astina setelah Prabu Kalimataya/Prabu Puntadewa, dengan gelar Resi Balarama.
Baladewa mati moksa setelah punahnya seluruh Wangsa Yadawa.


Bambang Wijanarka - Solo

Banaputra - Solo

PRABU BASUDEWA adalah putra sulung Prabu Basukunti raja negara Mandura dengan permaisuri Dewi Dayita, putri Prabu Kunti, raja Boja.
Basudewa mempunyai tiga orang saudara kandung masing-masing bernama: Dewi Prita/Dewi Kunti, Arya Prabu Rukma dan Arya Ugrasena.
Prabu Basudewa mempunyai tiga orang isteri/permaisuri dan 4 (empat) orang putra.
Dengan permaisuri Dewi Mahira/Maerah (Jawa) ia berputra Kangsa. Kangsa sebenaranya putra Prabu Gorawangsa, raja raksasa negara Gowabarong yang dengan beralih rupa menjadi Prabu Basudewa palsu dan berhasil mengadakan hubungan asmara dengan Dewi Mahira.
Dengan permaisuri Dewi Mahindra/Maerah (Jawa), Prabu Basudewa memperoleh dua orang putra bernama; Kakrasana dan Narayana. Sedangkan dengan permaisuri Dewi Badrahini berputra Dewi Wara Sumbadra/Dewi Lara Ireng.
Secara tidak resmi, Prabu Basudewa juga mengawini Ken Sagupi, swaraswati Keraton Mandura, dan memperoleh seorang putra bernama Arya Udawa.
Prabu Basudewa sangat sayang kepada keluarganya.
Basudewa pandai olah keprajuritan dan mahir memainkan senjata panah dan lembing.
Setelah usia lanjut, ia menyerahkan Kerajaan Mandura kepada putranya, Kakrasana, dan hidup sebagai pendeta di Pertapaan Randugumbala.
Prabu Basudewa meninggal saat negara Mandura digempur Prabu Sitija/ Bomanarakasura raja Negara Surateleng.


Basuki Solo

PRABU BASUKUNTI atau WASUKUNTI yang waktu mudanya bernama Suradewa, adalah putera sulung Prabu Wasukunteya, raja Negara Mandura dengan permaisuri Dewi Sungganawati.
Basukunti mempunyai adik kandung bernama Kuntadewa, yang setelah menjadi raja negara Boja bergelar Prabu Kuntiboja.
Prabu Basukunti menikah dengan Dewi Dayita, putri Prabu Kunti, raja Boja.
Dari perkawinan tersebut ia memperoleh 4 ( empat ) orang putra masing-masing bernama:
Arya Basudewa,
Dewi Prita/Dewi Kunti,
Arya Prabu Rukma dan
Arya Ugrasena.
Prabu Basukunti mempunyai sifat dan perwatakan; berani, cerdik pandai, arif bijaksana dan suka menolong.
Setelah usianya lanjut, ia menyerahkan tahta kerajaan Mandura kepada putra sulungnya, Arya Basudewa dan hidup sebagai brahmana sampai meninggal.

Basupati Solo

PRABU BASUPATI dikenal pula dengan nama Prabu Basuparicara (Mahabharata).
Basupati Putra Bathara Srinada/Prabu Basurata, raja negara Wirata yang pertama dengan permaisuri Dewi Bramaniyuta, Putri Bathara Brahma.
Prabu Basupati mempunyai adik kandung bernama Bramananeki yang menikah dengan Bambang Parikenan, putra Bathara Bremani/Brahmanaresi dengan Dewi Srihuna/Srihunon.
Karena ketekunannya bertapa, Prabu Basupati menjadi sangat sakti , juga tahu segala bahasa binatang.
Basupati mendapat anugerah Bathara Indra berwujud sebuah kereta sakti bernama Amarajaya lengkap dengan bendera perangnya yang membuatnya kebal terhadap segala macam senjata.
Dengan kereta sakti Amarajaya, Prabu Basupati menaklukkan tujuh negara, masuk ke dalam wilayah kekuasaan negara Wirata.
Prabu Basupati menikah dengan Dewi Angati atau Dewi Girika (Mahabharata), putri Bagawan Kolagiri dengan Dewi Suktimati.
Dari perkawinan tersebut, ia memperoleh tiga orang putra masing-masing bernama ; Arya Basunada, Arya Basukesti dan Arya Basumurti.
Prabu Basupati memerintah negara Wirata sampai berusia lanjut.
Basupati menyerahkan tahta Kerajaan Wirata kepada Arya Basunada, kemudian hidup sebagai brahmana sampai meninggal dalam keadaan bermudra.

Bawor Banyumas

Bilung seorang raksasa kecil yang bersahabat dengan Togog dan kemana mana selalu berdua.
Setiap bertemu dengan Petruk selalu menantang berkelahi & mengeluarkan suara kukuruyuk seperti ayam jago.
Tapi sekali dipukul oleh Petruk dia langsung kalah & menangis.
Bilung berperan menjadi Punakawan yang memihak musuh, biasanya Bilung akan memberi masukan yang baik kepada majikannya, tetapi bila masukannya tidak didengarkan oleh majikannya dia akan berbalik memberi berbagai masukan yang buruk.


Bima - Banyumas

BIMA atau WERKUDARA dikenal pula dengan nama;
Balawa,
Bratasena,
Birawa,
Dandunwacana,
Nagata,
Kusumayuda,
Kowara,
Kusumadilaga,
Pandusiwi,
Bayusuta,
Sena, atau Wijasena.
Bima putra kedua Prabu Pandu, raja Negara Astina dengan Dewi Kunti, putri Prabu Basukunti dengan Dewi Dayita dari negara Mandura.
Bima mempunyai dua orang saudara kandung bernama: Puntadewa dan Arjuna, serta 2 orang saudara lain ibu, yaitu ; Nakula dan Sadewa.
Bima memililki sifat dan perwatakan; gagah berani, teguh, kuat, tabah, patuh dan jujur.
Bima memiliki keistimewaan ahli bermain ganda dan memiliki berbagai senjata antara lain; Kuku Pancanaka, Gada Rujakpala, Alugara, Bargawa (kapak besar) dan Bargawasta, sedangkan ajian yang dimiliki adalah ; Aji Bandungbandawasa, Aji Ketuklindu dan Aji Blabakpangantol-antol.
Bima juga memiliki pakaian yang melambangkan kebesaran yaitu; Gelung Pudaksategal, Pupuk Jarot Asem, Sumping Surengpati, Kelatbahu Candrakirana, ikat pinggang Nagabanda dan Celana Cinde Udaraga. Sedangkan beberapa anugerah Dewata yang diterimanya antara lain; Kampuh/kain Poleng Bintuluaji, Gelang Candrakirana, Kalung Nagasasra, Sumping Surengpati dan pupuk Pudak Jarot Asem.
Bima tinggal di kadipaten Jodipati, wilayah negara Amarta.
Bima mempunyai tiga orang isteri dan 3 orang anak, yaitu :

1. Dewi Nagagini, berputra Arya Anantareja,

2. Dewi Arimbi, berputra Raden Gatotkaca dan

3. Dewi Urangayu, berputra Arya Anantasena.
Akhir riwayat Bima diceritakan, mati sempurna (moksa) bersama ke empat saudaranya setelah akhir perang Bharatayuda.

Bima - Cirebon



Bima - Cirebon
Bima Lindhu - Solo

Bima - Yogya

BIMA atau WERKUDARA dikenal pula dengan nama;
Balawa,
Bratasena,
Birawa,
Dandunwacana,
Nagata,
Kusumayuda,
Kowara,
Kusumadilaga,
Pandusiwi,
Bayusuta,
Sena, atau Wijasena.
Bima putra kedua Prabu Pandu, raja Negara Astina dengan Dewi Kunti, putri Prabu Basukunti dengan Dewi Dayita dari negara Mandura.
Bima mempunyai dua orang saudara kandung bernama: Puntadewa dan Arjuna, serta 2 orang saudara lain ibu, yaitu ; Nakula dan Sadewa.
Bima memililki sifat dan perwatakan; gagah berani, teguh, kuat, tabah, patuh dan jujur.
Bima memiliki keistimewaan ahli bermain ganda dan memiliki berbagai senjata antara lain; Kuku Pancanaka, Gada Rujakpala, Alugara, Bargawa (kapak besar) dan Bargawasta, sedangkan ajian yang dimiliki adalah ; Aji Bandungbandawasa, Aji Ketuklindu dan Aji Blabakpangantol-antol.
Bima juga memiliki pakaian yang melambangkan kebesaran yaitu; Gelung Pudaksategal, Pupuk Jarot Asem, Sumping Surengpati, Kelatbahu Candrakirana, ikat pinggang Nagabanda dan Celana Cinde Udaraga. Sedangkan beberapa anugerah Dewata yang diterimanya antara lain; Kampuh/kain Poleng Bintuluaji, Gelang Candrakirana, Kalung Nagasasra, Sumping Surengpati dan pupuk Pudak Jarot Asem.
Bima tinggal di kadipaten Jodipati, wilayah negara Amarta.
Bima mempunyai tiga orang isteri dan 3 orang anak, yaitu :

1. Dewi Nagagini, berputra Arya Anantareja,

2. Dewi Arimbi, berputra Raden Gatotkaca dan

3. Dewi Urangayu, berputra Arya Anantasena.
Akhir riwayat Bima diceritakan, mati sempurna (moksa) bersama ke empat saudaranya setelah akhir perang Bharatayuda.


Bisawarna - Solo

Bisma - Solo

Bisma - Yogya

Bogadenta - Solo

Bomanarakasura - Solo

Bomantara - Solo
PRABU BOMANTARA adalah raja negara Trajutisna/Prajatisa.
Prabu Bomantara masih keturunan Bathara Kalayuwana, putra Bathara Kala dengan Bathari Durga/Dewi Pramuni dari kahyangan Setragandamayit.
Karena ketekunanya bertapa, ia menjadi sangat sakti.
Berwatak angkara murka, kejam, bengis dan selalu menurutkan kata hatinya.
Prabu Bomantara pernah menyerang Suralaya dan mengalahkan para Dewa.
Prabu Bomantara kemudian menyerang negara Gowasiluman, menewaskan Prabu Arimbaji untuk menguasai wilayah hutan Tunggarana. Belum puas dengan kekuasaan yang dimiliki, Prabu Bomantara kemudian menyerang negara Surateleng.
Akhirnya Prabu Bomantara tewas dalam pertempuran melawan Prabu Narakasura yang waktu mudanya bernama Bambang Sitija, raja negara Surateleng, putra Prabu Kresna dengan Dewi Pretiwi.
Arwahnya manunggal dalam tubuh Prabu Sitija.
Negara Surateleng dan Prajatisa oleh Prabu Sitija/Narakasura dijadikan satu, Prabu Sitija kemudian bergelar Prabu Bomanarakasura.

Brahala - Solo

Brahma - Solo

Brajadenta - Solo

BRAJADENTA adalah putra ketiga Prabu Arimbaka, raja raksasa negara Pringgandani dengan Dewi Hadimba.
Brajadenta mempunyai tujuh orang saudara kandung bernama:
Arimba / Hidimba,
Dewi Arimbi,
Arya Prabakesana,
Brajamusti,
Brajalamatan,
Brajawikalpa dan
Kalabendana.
Brajadenta berwatak keras hati, ingin menangnya sendiri, berani serta ingin selalu menurutkan kata hatinya.
Brajadenta sangat sakti. Oleh kakaknya, Dewi Arimbi, Brajadenta ditunjuk sebagai wakil raja memegang tampuk pemerintahan negara Pringgandani selama Dewi Arimbi ikut suaminya Bima tinggal di Jadipati.
Akhir riwayatnya diceritakan, karena tidak setuju dengan pengangkatan Gatotkaca, putra Dewi Arimbi dengan Bima sebagai raja Pringgandani, Brajadenta dengan dibantu oleh ketiga adiknya, Brajamusti, Brajalamatan dan Brajawikalpa, melakukan pemberontakan karena ingin secara mutlak menguasai negara Pringgandani.
Pemberontakannya dapat ditumpas oleh Gatotkaca dengan tewasnya Brajalamatan dan Brajawikalpa.
Brajadenta dan Brajamusti berhasil melarikan diri dan berlindung pada kemenakannya Prabu Arimbaji, putra mendiang Prabu Arimba yang telah menjadi raja di negara Gowasiluman di hutan Tunggarana.
Dengan bantuan Bathari Durga, Brajadenta kembali memasuki negara Pringgandini untuk membunuh Gatotkaca.
Usahanya kembali menghalami kegagalan. Brajadenta akhirnya tewas dalam peperangan melawan Gatotkaca.
Arwahnya menjelma menjadi ajian/keaktian dan merasuk/menunggal dalam gigi Gatotkaca.
Sejak itu Gatotkaca memiliki kesaktian; barang siapa kena gigitannya pasti binasa.


Brajalamatan - Solo

BRAJALAMATAN adalah putra keenam Prabu Arimbaka, raja raksasa negara Pringgandani dengan Dewi Hadimba.
Brajalamtan mempunyai tujuh orang saudara kandung, masing-masing bernama:
Arimba/Hidimba,
Dewi Arimbi,
Brajadenta,
Arya Prabakesa,
Brajamusti,
Brajawikalpa dan
Kalabendana.
Brajalamatan berwatak keras hati dan agak berangasan, mudah marah, pemberani dan sangat sakti.
Brajalamatan sangat menentang keputusan Dewi Arimbi yang akan menyerahkan tahta kerajaan Pringgandani kepada Gatotkaca, putranya dengan Bima.
Karena itu Brajalamatan ikut mendukung dan terlibat langsung gerakan pemberontakan yang dilakukan Brajadenta dan Brajamusti dalam upaya merebut tahta kerajaan Pringgandani dari tangan Gatotkaca.
Dalam peperangan perebutan kekuasaan itu, Brajalamatan akhirnya mati di tangan Gatotkaca.
Arwahnya kemudian menjelma menjadi ajian/kesaktian manunggal di tangan kiri Gatotkaca.

Brajamusti - Solo

BRAJAMUSTI adalah putra ke-lima Prabu Arimbaka, raja raksasa negara Pringgandani dengan Dewi Hadimba.

Brajamusti mempunyai tujuh orang saudara kandung bernama; Arimba/Hidimba,

Dewi Arimbi,

Arya Prabakesa,

Brajadenta,

Brajalamatan,

Brajawikalpa dan

Kalabendana.

Brajamusti mempunyai sifat mudah naik darah, agak bengis, keras hati dan ingin menang sendiri.

Brajamusti sangat sakti. Bersama kakaknya, Brajadenta dan kedua adiknya, Brajalamantan dan Brajawikalpa, ia melakukan pemberontakan merebut tahta negara Pringgandani dari kekuasaan Dewi Arimbi.

Ketika pemberontakan gagal dengan tewasnya Brajalamatan dan Brajawikalpa oleh Gatotkaca, Brajamusti dan Brajadenta melarikan diri, berlindung pada kemenakannya Prabu Arimbaji, putra mendiang Prabu Arimba yang telah menjadi raja negara Guwasiluman di hutan Tunggarana.

Dengan bantuan Bathari Durga, Brajamusti kembali beraniat membunuh Gatotkaca melalui tangan ketiga.

Brajamusti menjelma menjadi Gatotkaca palsu dan menganggu Dewi Banowati, istri Prabu Duryudana, raja negara Astina.

Namun perbuatanya terseburt dapat dibongkar oleh Gatotkaca.

Akhirnya Brajamusti tewas dalam petempuran melawan Gatotkaca, dan arwahnya menjadi ajian/kesaktian merasuk/menunggal dalam tangan kanan Gatotkaca.

Brantalaras - Solo

Bremana - Solo

Bremani - Solo

Bukbis - Solo

Bumiloka - Solo

Burisrawa - Solo

Burisrawa - Yogya

ARYA BURISRAWA adalah putra ke-empat Prabu Salya, raja negara Mandaraka dengan permaisuri Dewi Pujawati/Setyawati, putri tunggal Bagawan Bagaspati dari pertapaan Argabelah.
Burisrawa mempunyai empat orang saudara kandung masing-masing bernama ; Dewi Erawati, Dewi Surtikanti, Dewi Banowati dan Bambang Rukmarata.
Burisrawa berwujud setengah raksasa, gagah perkasa dan sangat sakti. Ia berwatak sombong, senang menurutkan kata hatinya, pendendam, ingin selalu menang sendiri, senang membuat keonaran dan membuat peristiwa - peristiwa yang penuh dengan kekerasan.
Burisrawa menikah dengan Dewi Kiswari, putri Prabu Kiswaka, raja negara Cedisekar/Cindekembang dan berputra Arya Kiswara.
Burisrawa sangat akrab hubungannya dengan Prabu Baladewa, raja Mandura, Prabu Duryudana, raja Astina dan Adipati Karna, raja Awangga karena hubungan saudara ipar.
Dalam perang Bhratayuda, Burisrawa berada di pihak keluarga Kurawa. Ia gugur dalam peperangan melawan Arya Setyaki, putra Prabu Setyajid/Ugrasena, raja negara.

Butaterong - Solo

Badraini - Solo

Bagong Wanita - Solo

Bandondari - Solo